Kamis, 26 Desember 2013

Limonade Give away

0 komentar
cuma mau ngeshare ada GA keren yang gampang banget dan hadiahnya unyu!
langsung ke TKP aja yaa... http://limo-made.blogspot.com/2013/12/new-year-giveaway-with-kucinta-handmade.html

Senin, 16 Desember 2013

Cerpen: Tapi Bukan Aku

0 komentar
“Kita putus.”
“Kamu bercandanya ga lucu ah.”
“Aku serius, aku rasa kita sudah tidak cocok lagi, kita lebih baik putus.”
Aku tertegun. Apakah aku bermimpi? Tidak, aku tak bermimpi,  ini nyata, sebuah kenyataan pahit yang harus ku terima. Tapi kenapa? Kenapa harus berakhir? Apa yang salah? Apa tak ada jalan lain yang bisa kita tempuh selain perpisahan?
“maaf aku harus pergi sekarang, jaga dirimu baik-baik, aku yakin ini jalan terbaik buat kita”
Aku hanya bisa terdiam dan menahan air mata ini untuk tak menetes selagi melihatmu berjalan menjauh dari tempat ini, tempat yang dulu menjadi saksi bisu bersatunya dua insan yang sedang dimabuk cinta, sekarang tempat ini juga yang menjadi saksi perpisahan pahit ini.
Salah siapa? Apa aku yang bersalah atas semua ini? Atau kah kamu? Atau kah keadaan?
Selama perjalanan pulang aku terus memikirkan ini, kenapa harus berakhir? Karena tidak cocok? 4 tahun sudah kita jalani, kau bilang kita tidak cocok? Lalu selama 4 tahun ini apa yang bisa membuat kita bertahan? Bukankah sebuah kecocokan yang membuat kita menyatu dan bertahan selama itu? Ataukah hanya aku yang merasakan kecocokan itu?
“sudahlah jangan menangis, dia bukan yang terbaik untukmu, masih banyak pria diluar sana yang lebih pantas untukmu.”
“tapi aku masih mencintainya”
“tapi dia tidak”
Aku menatap mata sahabatku, Dina. Apakah benar dia sudah tak mencintaiku? Apa yang membuatnya seperti itu? Apa yang telah aku lakukan? Aku rasa aku tak melakukan hal yang fatal. Aku setia, aku juga selalu menuruti apa yang dia mau, lalu kenapa? Apa ada seseorang yang lebih dariku yang membuatnya tertarik?
“sudahlah, lupakan saja, cari yang baru, toh masih banyak pria yang lebih baik daripada dia”
“Benar katamu, masih banyak pria yang lebih di luar sana, tapi aku masih mencintainya.”
“hilangkan rasa cinta itu, itu hanya akan membuatmu semakin larut dalam kesedihan.”
“Menghilangkan rasa ini? Apa aku bisa? Perasaan yang tumbuh dan berkembang sampai dewasa ini harus aku hilangkan begitu saja? Bagaimana caranya? Aku tak yakin aku bisa melakukan ini.”
“kamu harus bisa. Lupakan dia, dan mulai kehidupan barumu.”
Aku terus meresapi kata demi kata yang dilontarkan sahabatku itu, apakah aku harus membuang rasa ini jauh-jauh? Iya harus. Aku yakin aku pasti bisa. Aku tak mau menjadi budak cinta. Itu bukan aku.

Sejak saat itu aku mulai mencari kegiatan baru yang bisa membuatku sedikit demi sedikit melupakannya. Aku mulai membuka hati untuk sosok lain, begitu banyak yang mulai mendekatiku, tapi entah kenapa belum ada satupun diantara mereka yang membuatku tertarik, mungkin hati ini masih dibayang-bayangi oleh sosoknya. Entahlah, tapi aku masih mencoba untuk bisa melupakannya.
Siang itu di taman kampus, seperti biasa aku duduk sendiri ditengah hiruk pikuk mahasiswa kampus, duduk sambil menulis kata demi kata dilaptop jadulku.
“misi, aku boleh ikut duduk di sini? Aku mau nge charge laptop.”
Sejenak aku mendongakkan kepala, sesosok pria tinggi dengan senyuman manis berdiri dihadapanku.